Tuna Wisma Mengancam Pontianak

TUNA WISMA adalah adalah orang yang tidak mempunyai tempat tinggal tetap dan berdasarkan berbagai alasan harus tinggal di bawah kolong jembatan, taman umum, pinggir jalan, pinggir sungai, stasiun kereta api, atau berbagai fasilitas umum lain untuk tidur dan menjalankan kehidupan sehari-hari. Sebagai pembatas wilayah dan milik pribadi, tunawisma sering menggunakan lembaran kardus, lembaran seng atau aluminium, lembaran plastik, selimut, kereta dorong pasar swalayan, atau tenda sesuai dengan keadaan geografis dan negara tempat tunawisma berada (sumber: Wikipedia).

Berdasarkan kondisi riil saat ini, cepat atau lambat masalah ini akan menjadi momok di Kota Pontianak. Penyebabnya sederhana, pendapatan < harga rumah.

Pertanyaan sekarang, perlu gaji berapa untuk memperoleh rumah yang layak?

Lanjutkan membaca “Tuna Wisma Mengancam Pontianak”

Universitas Negeri Pontianak ?

Ketika saya ditanya, apa hal konkrit yg dapat dilakukan Pemerintah Kota untuk memajukan Kualitas SDM?

BANYAK solusi yg bs saya tawarkan, tetapi terdapat 1 solusi yg sangat realistis dan logis untuk dikerjakan serta belum diangkat oleh orang lain yakni mendirikan Universitas Negeri Pontianak (UNP).

Ini termasuk ide liar jika melihat aspek anggaran yang diperlukan. Namun, akan mnjadi efisien jika dapat terlaksana melalui skema akuisisi ataupun penyerahan dari aset Perguruan Tinggi (PT) Swasta menjadi aset Pemerintah seperti UPN Yogyakarta beberapa waktu lalu.

Adapun, saran kampus yg sekirany dpt diakuisisi yakni STIE Pontianak.

Lalu, mengapa saya memilih ide ini?

1. Dekonsentrasi Planologis. Pemerataan pembangunan sangat diperlukan dalam rangka pengembangan wilayah dan mengurangi kesenjangan antar wilayah. Konsep ini akan akan meningkatkan ‘derajat’ Pontianak Timur.

2. Kampus ini berada di Pontianak Timur dan sangat dekat dengan Kampung Beting. Hal ini secara tidak langsung akan meningkatkan kualitas hidup masyarakat sekitar kampus. Beting akan menjadi Pogung ataupun Dago-nya Pontianak. Akan tercipta lapangan usaha baru seperti kos-kosan, laundry, jasa komputer, rumah makan, dsb yang berhubungan dengan dunia kemahasiswaan.

3. Kampus adalah ‘pabrik’ pencetak SDM berkualitas, sedangkan salah satu cara meningkatkan kualitas kampus yakni dgn berkompetisi. ITB smakin bgs krn ad UNPAD. UGM smakin bgs krn ad UMY UII ATMA. UI smakin bgs krn ad Trisakti. Dan UNTAN akan semakin bgs karena ada UNP.

4. Mengakuisisi/ me-Negeri-kan kampus swasta membutuhkan investasi yang lebih kecil dibanding membangun sebuah kampus baru. Tentunya hal ini membutuhkan koordinasi dan konsekuensi pengangkatan dosen PTS menjadi ASN. Pihak-pihak yang dapat dilibatkan dalam hal ini yakni DIKTI, Kopertis, Pemprov, dan Kemendagri.

5. Dengan memiliki PTN ‘pribadi’, maka akan membuka pintu beasiswa bagi mahasiswa tidak mampu di kota Pontianak. Jika selama ini terdapat Alokasi Hibah Pendidikan kepada PTN tertentu, maka dengan adanya kampus lain alokasi tersebut dapat diarahkan ke UNP.

6. STIE Pontianak memiliki bidang ilmu ekonomi yang merupakan kebutuhan bagi masyarakat Urban. Sebagaimana kita ketahui, lapangan usaha Perkotaan lebih banyak bergerak di sektor Jasa dan Perdagangan.

7. STIE Pontianak masih memiliki lahan yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan Fakultas dan Jurusan lain. Adapun, dari segi lokasi terletak strategis yakni di tepi jalan arteri.

8. UNTAN, Pemkot, dan Pemprov memiliki sumber daya ASN yang cukup mumpuni untuk mensupport kampus ini pada tahap awal hingga ketersediaan Dosen tetapnya terpenuhi.

Well, ini hanya sekedar ide liar yang rasional. Jika setuju silahkan share agar didengar oleh banyak pihak terkait.

Salam,

Yodha – KHA Project

MANUSIA PEMAKAN BUMBU

​Manusia Pemakan Bumbu
Suka Ayam lada hitam? Utamany itu ayam, lada hitam itu bumbunya..

Udang asam pedas? Utamany itu udang, asam pedas itu bumbunya..

Apalagi cumi saos tiram..saos tiram yah sbg bumbunya..
Nah, bahas soal bumbu, org bijak udh mengatakan bahwa POLITIK ITU BUMBU KEHIDUPAN.. Namun, saat ini bumbu tersebut lah yang bnyak ‘dimakan’ manusia, bukan ayamnya, udangny, atau ikannya…
Jika….

Ayam adalah pendidikan,

Udang adalah kesehatan,

Sapi adalah pekerjaan,

Dan bumbu-bumbu adalah politik…
Maka akan ada:

Politik di dunia pendidikan

Politik di dunia kesehatan

Politik terkait tenaga kerja

Dan what ever lah namany…
Cuma sadarkah, yg kita makan (perhatikan) hanya bumbunya..

Mungkin skrg kita berevolusi menjadi MANUSIA PEMAKAN BUMBU….

Kita tidak peduli apakah bahan utamanya bagus atau tidak, selama bumbunya enak, maka kita makan. Ikan nya g segar gpp, asal bumbu asam pedasnya enak.
Begitu jg dgn politik. Kita terlalu lama mengurus bumbunya, person, kepala daerah atau pejabatnya. Kita tidak melihat bahan utama misal ikan, ayam, atau udang yg digunakan. Selama pemimpin itu kooperatif, reformis, mau diajak dialog, mayoritas masyarakat pasti mendukung. Walaupun kondisi kesehatan, pendidikan, atau kemiskinan di wilayah tersebut biasa saja…

Jika Pemimpin Ibarat Komputer

MEMILIH Pemimpin sebenarnya sama dgn memilih komputer. Anda harus memperhatikan processor, RAM, Hardisk, termasuk pula casingnya.
Processor harus canggih. Bgtu pula Pemimpin, mesti Smart. Klo processornya biasa2 aj, djamin yang bersangkutan sulit multitasking dan sulit mengerjakan hal-hal berat.
Biar bs kerja cepat, RAM nya harus gede, syukur-syukur udh DDR4. nah, Pemimpin itu harus responsif. Jadi kinerjanya tidak hanya baik, tetapi juga cepat. Zaman skrg jgn sampe aksi nyata kalah dgn arus informasi.
Biar bs muat banyak data, Hardisk harus besar. Begitu jg Pemimpin. Harus bs dan mau menerima banyak masukan dan saran. Jangan mmbatasi diri.
Casing komputer bukan segala galany. Begitu pula dgn penampilan seorang pemimpin. Janganlah mudah tertipu dgn pencitraan semu. Liat isi ddlm casing tersebut.
Kita senang dapat komputer murah berdiskon. Tapi, jangan sampai dapat pemimpin murahan dan ngasih ‘cash back’ uang.. udah g zaman..